Selasa, 06 Desember 2011

Aku yang Tersakiti

Pernahkah kau merasa
jarak d antara kita
kini semakin terasa,setelah kau kenal dia
aku tak kan percaya
tega.a kau ptskan
indah.a cinta kita
yg tag ingin ku akhiri

kau pergi tinggalkanku
tak pernah kah kau sadari akulah yg kau sakiti
engkau pergi dg janjimu yg tlah kau ingkari
oh tUhan tolonglah ak hapuskanlah rasa cintaku
aku pun ingin bahagia walau tak brsama dia
memang tak kan mudah lagi tuk ku lupakan sgala.a
aku pergi untuk dia

Cinta yang Aku Sesali

Dulu pernah sempat hadir seorang pria dalam usiaku yg msh belia. Dia dtg menawarkan cinta dan aku menolak.a. Tapi yg dia lakukan justru tak pernah berhenti dan menyerah berusaha untuk meyakinkanku tentang prasa'an.a kepadaku. Begitu byak SURAT CINTA yg ku dpt dari.a,dia pun slalu brusaha untuk bertemu dgn ku meski aku slalu saja menghindar. Meski aku slalu menghina tapi tak pernah ia hiraukan.
Dalam usiaku yg msh labil aku tak mampu mengambil keputusan dalam setiap mslah yg dtg menghampiriku.

Dan apalah arti kata menyesal..
Sa'at semua sudah terjadi terlambat dan tak akan pernah kmbali. Kini yg ada aku kehilangan sosok seorang yg slalu hdir d dpanku.
Aku rindu SURAT CINTA ITU. Tiba2 dia pergi dan menghilang. Sa'at dia tak nampak lagi,justru aku yg slalu mencari.a slalu berusaha untuk menemui.a. Smkin lama smkin aku tau seperti apa dia. Membuatku ingin bersama.a.

Cinta.a,kesetian.a,keseriusan.a bernilai baik dan positif d mataku. Dan smw kusadari sungguh trlambat sa'at waktu dan jarak kini tlah jauh sgt berbeda.
Dan situasiku,situasimu juga statusmu kini sdah berbeda.
Tak bs lagi aku bertindak untuk membuatku kembali lagi seperti dulu.
Meski bertahun tahun telah berlalu aku masih slalu saja teringat,terlintas d benakku selalu ada kata andai...andai..dan andai..

Akankah kau tau yg slalu kurasakan dari dulu hngga kini adalah SESAL dan sakit hati yg tak pernah terobati.
Hanya beberapa memori indah yg masih slalu saja melekat d pikiranku sa'at kau ada.

Curhat Dengan-Mu

Ya allah.,
gantikanla kepedihan ini dg kesenangan, dan jadikanla kesenangan itu awal k bahagiaan,dan sirnakanla rasa takut ini menjadi rasa tentram.
Ya allah. , dinginkan panasnya kalbu dg salju keyakinan dan padamkan bara jiwa dg air keimanan.
Smg jiwa dan ragaku d jalan-Mu ya Allah.

Menantimu itu Sakit

Kucoba untuk trus brthan mencintaimu
tanpa ko tahu diriku kan trus trluka dlm hati
ku trima penolakanmu
tanpa ko sdari hatiku menangis tanpa henti
ku tahu ku salah dlm mendekatimu
ku tahu ku tak pantas tuk d cintai olehmu
tapi adakah sdkit harapan u/ cintaku
ketika ribuan hari, kuharap u/ dtpkan cintamu
tapi smkin ak melupakan bayangmu
hati ini smkin ingin mendekatimu
ma'af jika ak trlalu mengharapkanmu
setiap kali ak sapa dirimu
ko hanya diam tanpa kata
mengapa ko beri ak luka
jika saja ak tahu mencintaimu adalah derita untukku
aku takan pernah biarkan hati ini mencintaimu
tapi apa daya diri ini
akhir.a ak terperangkap oleh cintaku sendiri
andai saja ko mengerti hatiku sudah tertutup untuk org lain
mungkinkah ko beri kesempatan
berbagi dlm cinta yg murni
inilah yg kurasakan sa'at ini
sebuah pilihan untuk dpt mencintaimu
ku kan tetap mencintaimu

Senin, 05 Desember 2011

Hakikat Pembelajaran

HAKIKAT PEMBELAJARAN


2.1     Pengertian dan Ciri-ciri Pembelajaran
Pembelajaran atau mengajar adalah upaya guru untuk mengubah tingkah laku siswa. Hal ini disebabkan karena pembelajaran adalah upaya guru untuk supaya siswa mau belajar. Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku siswa. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa mengajar bukan upaya guru untuk menyampaikan bahan, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan sesuai dengan tujuan.
Apabila dilihat dari arti belajar pada Bab I, yang menyatakan bahwa perubahan yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan yang konstan, berbekas, dan menjadi milik siswa, maka dalam belajar siswa mengalami proses dan meningkatkan kemampuan mentalnya. Dengan demikian maka mengajar haruslah mengatur lingkungan agar terjadi proses belajar mengajar dengan baik. Dari pengertian tersebut mengajar mempunyai dua arti, yaitu:
Menyampaikan pengetahuan kepada siswa, dan
Membimbing siswa.
Dua arti belajar di atas menunjukkan bahwa pelajaran lebih bersifat pupil-centered, dan guru berperan sebagai meneger of learning. Hal ini membedakan dengan mengajar dalam arti menanamkan pengetahuan, yang biasanya pelajaran bersifat teacher-centered.
Mengajar yang berarti menanam pengetahuan, tujuannya adalah penguasaan pengetahuan anak. Anak dianggap pasif, dan gurulah yang memegang peranan utama. Kebanyakan ilmu pengetahuan diambil dari buku pelajaran yang tidak dihubungkan dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran serupa ini disebut intelektualitas, sebab menekankan pada segi pengetahuan.
Hal di atas berbeda dengan pengertian belajar: “suatu aktivitas mengatur dan mengorganisasi lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar”. Perbedaan itu ditunjukkan pada mengajar di sini adalah usaha dari pihak guru untuk mengatur lingkungan, sehingga terbentuk suasana yang sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar. Artinya yang belajar adalah anak itu sendiri dan berkat kegiatannya sendiri, sedangkan guru hanya dapat membimbing anak. Dalam membimbing tersebut guru tidak hanya menggunakan buku pelajaran semata, tetapi dimanfaatkannya segala faktor dalam lingkungan, termasuk dirinya, alat peraga, lingkungan, dan sumber-sumber lain.
Uraian di atas memberikan batasan-batasan yang benar tentang mengajar, yaitu:
Mengajar adalah membimbing aktivitas anak. Artinya yang belajar adalah anak sendiri, sedangkan tugas guru adalah mengatur lingkungan dan membimbing aktivitas anak. Jadi yang aktif adalah siswa, dan bukan sebaliknya.
Mengajar berarti membimbing pengalaman anak. Pengalaman adalah proses dan hasil interaksi anak dengan lingkungan. Jadi interaksi dengan lingkungan itulah yang dinamakan belajar. Dari pengalaman, anak memperoleh pengertian-pengertian, sikap, penghargaan, kebiasaan, kecakapan, dan lain sebagainya. Lingkungan jauh lebih luas dibandingkan dengan buku dan kata-kata guru. Seluruh lingkungan anak adalah sumber belajar, untuk itu pelajaran hendaknya dihubungkan dengan kehidupan anak dalam lingkungannya.
Mengajar berarti membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Artinya mengajar adalah mengantarkan anak agar bakatnya berkembang. Sedangkan membantu anak untuk supaya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat diupayakann dengan memberikan pelajaran yang berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini agar lebih sanggup mengatasi masalah-masalah dalam kehidupannya. Dengan upaya tersebut diharapkan anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, termasuk lingkungan sosialnya. Ia harus belajar berpikir, merasa, dan berbuat sesuai dengan norma-norma lingkungan.
Sedangkan tafsiran yang kurang tepat tentang mengajar antara lain:
Mengajar adalah menyuruh anak untuk menghafal.
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan.
Seluruh rangkaian penjelasan tentang mengajar di atas menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan mengajar di sini adalah juga termasuk di dalamnya mendidik. Jadi bukan saja mentransfer pengetahuan, tetapi juga membimbing ke arah norma yang benar. Atau dapat dikatakan bahwa mengajar atau pembelajaran adalah aktivitas mengatur lingkungan, sehingga terjadi proses belajar. Untuk itu dalam pembelajaran perlu adanya komponen-komponen pendukung dengan tujuan supaya proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Komponen pembelajaran secara garis besar terdiri dari:
Tujuan.
Bahan.
Metode dan  media pembelajaran.
Penilaian.
Hubungan komponen-komponen pembelajaran tersebut dapat digambarkan pada Gambar 2.1 berikut ini:
Tujuan
Bahan
Metode dan Media
Penilaian
Gambar 2.1 Hubungan antar komponen Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran, disamping memperhatikan ke 5 komponen dasar di atas ternyata masih harus dipertimbangkan pula lingkungan untuk membentuk situasi yang menyenangkan di dalam pembelajaran. Dan perlu pula memperhatikan dari pelaku belajar (siswa) dan pelaku pembelajaran (guru). Dari sini dapat ditunjukkan ciri-ciri pembelajaran, yaitu:
Adanya tujuan.
Adanya bahan yang sesuai dengan tujuan.
Adanya metode dan media pembelajaran.
Adanya penilaian.
Adanya situasi yang subur.
Adanya guru yang melaksanakan pembelajaran.
Adanya siswa yang melaksanakan belajar.
2.2    Jenis-jenis Pembelajaran
2.2.1 Jenis belajar berdasarkan cara mengorganisasi siswa.
Jenis pembelajaran dapat ditentukan dari cara mengorganisasi siswa ataupun dari pendekatan pembelajarannya. Berdasarkan cara mengorganisasi siswa, ada 3 cara yang dapat dilakukan guru dalam mengelola siswa, supaya pembelajaran berjalan efektif dan efisien. Tiga cara tersebut adalah:
1.    Pembelajaran secara individual.
2.    Pembelajaran secara kelompok.
3.    Pembelajaran secara klasikal
2.2.1.1    Pembelajaran secara individual
Pembelajaran secara individual adalah kegiatan pembelajaran yang menitik beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Pemberian bantuan dan bimbingan secara individual dapat dilakukan pada pembelajaran individual ataupun pembelajaran klasikal. Pembelajaran individual dalam pembelajaran individual dengan cara guru memberi bantuan pada masing-masing pribadi, sedangkan bantuan individual dalam pembelajaran klasikan dengan cara guru memberi bantuan individu secara umum. Contohnya misalnya siswa diminta untuk membaca dalam hati pada pokok bahasan tertentu.
Tujuan pembelajaran individual adalah:
Memberi kesempatan dan keleluasaan siswa untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri.
Pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal.
Kedudukan siswa dalam pembelajaran individual adalah:
Keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri.
Kebebasan menggunakan waktu belajar.
Keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
Siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar.
Siswa dapat memiliki kesempatan untuk menyusun program belajar sendiri.
Kedudukan guru dalam pembelajaran individual adalah membantu dalam:
Perencanaan kegiatan belajar, dengan cara antara lain membantu menetapkan tujuan belajar, membuat program sesuai dengan kemampuan siswa, merencanakan pelaksanaan belajar, dan membantu siswa untuk melihat kemajuan. Dalam kegiatan ini guru berperanan sebagai penasihat atau pembimbing.
Pengorganisasian kegiatan belajar. Dalam pengorganisasian ini guru berperan sebagai pengatur dan memonitor semua kegiatan dengan cara: (1) memberi orientasi umum sehubungan dengan belajar topik tertentu, (2) membuat variasi belajar supaya tidak menimbulkan kebosanan, (3) mengkoordinasikan kegiatan dengan memperhatikan kemajuan, materi, dan sumber, (4) membagi perhatian pada sejumlah siswa, menurut tugas dan kebutuhan siswa, (5) memberi balikan terhadap setiap siswa, dan (6) mengakhiri kegiatan belajar dalam suatu unjuk hasil belajar.
Penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar. Dilakukan dengan cara antara lain: (1) membuat hubungan akrab dan peka terhadap kebutuhan siswa, (2) mendengarkan secara simpatik terhadap segala ungkapan jiwa siswa, (3) tanggap dan memberi reaksi positip terhadap siswa, (4) membina suasana aman sehingga siswa bebas mengemukakan pendapat.
Fasilitator yang mempermudah belajar, dengan tujuan untuk mempermudah proses belajar. Cara yang dapat dilakukan antara lain: (1) membimbing siswa belajar, (2) menyedia media dan sumber belajar, (3) memberi penguatan belajar, (4) menjadi teman dalam mengevaluasi keberhasilan, (5) memberi kesempatan siswa untuk memperbaiki diri.
Kelemahan pembelajaran individual adalah:
Bila jumlah siswa banyak maka pembelajaran ini kurang efisien, karena akan melelahkan guru.
Tidak semua bidang studi atau pokok bahasan sesuai diorganisasi dengan pembelajaran ini.
Pembelajaran ini dapat efektif bila:
Disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.
Tujuan pembelajaran dibuat dan dimengerti siswa.
Prosedur dan cara kerja dimengerti siswa.
Kriteria keberhasilan dimengerti siswa.
Keberhasilan guru dalam evaluasi dimengerti oleh siswa.
2.2.1.2    Pembelajaran secara kelompok
Pembelajaran kelompok adalah pembelajaran dengan cara kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, antara 3-8 orang. Penekanan pembelajaran ini pada peningkatan kemampuan individu sebagai anggota kelompok.
Tujuan pembelajaran kelompok adalah:
Memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional.
Mengembangkan sikap sosial dan bergotong royong.
Tiap anggota mempunyai tanggung jawab terhadap kelompok.
Mengembangkan kemampuan memimpin.
Kedudukan siswa dalam kelompok adalah:
Tiap siswa merasa sadar diri sebagai anggota kelompok.
Tiap siswa merasa diri memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok.
Memiliki rasa saling membutuhkan dan saling tergantung.
Ada interaksi dan komunikasi antar anggota.
Ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok.
Pada peran guru dalam pembelajaran kelompok adalah:
Pembentukan kelompok. Pertimbangan dalam pembentukan kelompok adalah: tujuan yang akan diperoleh siswa dalam kelompok, latar belakang pengalaman siswa, minat atau pusat perhatian siswa.
Perencanaan tugas kelompok. Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan adalah untuk menentukan bentuk tugas. Tugas yang diberikan dalam kelompok ada dua macam, yaitu: (1) dengan paralel, (2) dengan komplementer. Tugas kelompok paralel berarti semua kelompok mempunyai tugas yang sama. Sedangkan tugas komplementer bearti masing-masing kelompok mempunyai tugas yang berbeda. Tujuannya untuk saling melengkapi dalam pemecahan masalah.
Pelaksanaan. Tugas guru dalam tugas kelompok antara lain: (1) memberi informasi umum tentang pelaksanaan diskusi, (2) saat siswa berdiskusi tugas guru sebagai fasilitator, (3) pada akhir diskusi guru berperanan sebagai evaluator terhadap hasil diskusi.
Evaluasi hasil belajar kelompok.
2.2.1.3    Pembelajaran secara klasikal
Pembelajaran klasikal yaitu pembelajaran yang dilaksnakan secara klasikal atau diikuti siswa dalam jumlah berkisar antara 1- 45 orang. Karena guru harus menghadapi siswa dengan jumlah banyak, maka dalam pembelajaran klasikal diperlukan pelaksanaan dua kegiatan sekaligus, yaitu pengelolaan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Pengelolaan pembelajaran adalah kegiatan untuk melaksanakan desain instruksional, sedangkan pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Sedangkan pengelolaan kelas biasanya dilakukan karena adanya masalah disaat pembelajaran, di mana sumber masalah tersebut antara lain dari kondisi tempat belajar ataupun dari siswa yang terlibat dalam pembelajaran. Contoh sumber masalah dari kondisi tempat belajar misalnya ruang kotor, kursi rusak, papan tulis kotor, dan lain sebaginya. Sedangkan sumber dari siswa dapat secara individu ataupun kelompok.
Kelebihan pembelajaran ini adalah efisien dan murah. Sedangkan kelemahannya adalah kurang dapat memperhatikan kebutuhan individual. Kelemahan ini dapat diatasi dengan memberikan pembelajaraan individual dalam pembelajaran klasikal.
Tindakan pembelajaran kelas antara lain:
Penyususunan desain instruksional.
Melaksanakan tindakan-tindakan antara lain:
Penciptaa tertib belajar di kelas.
Penciptaan suasana senang dalam belajar.
Pemusatan perhatian pada bahan ajar.
Mengikut sertakan siswa aktif belajar.
Pengorganisasian belajar sesuai kondisi siswa.
2.2.2 Jenis Pembelajaran berdasarkan Pendekatan
2.2.2.1 Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep merupakan pendekatan yang mementingkan hasil daripada proses perolehan hasil. Untuk itu pendekatan ini terkesan hanya merupakan pemberian informasi, sehingga hasilnya kurang bermakna dan bertahan lama.
Bagaimanapun pendekatan ini masih pula dibutuhkan dalam pembelajaran, karena tidak mungkin semua pokok bahasan dapat digunakan pendekatan keterampilan proses. Hal ini disebabkan karena jenis bahan atau mungkin waktu yang tidak memungkinkan dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses semua. Hanya saja perlu digali bagaimana penerapan pendekatan konsep ini dapat digunakan semaksimal mungkin di dalam pembelajaran.
2.2.2.2 Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan yang mengembangkan keterampilan memproseskan pemerolehan, sehingga siswa mampu menemukan dan mengembangkan secara bebas dan kreatif fakta dan konsep serta mengaitkannya dengan sikap dan nilai yang diperlukan. Hal ini dapat dilakukan karena pendekatan keterampilan proses dilakukan sebagaimana layaknya ilmuwan menemukan pengetahuan (menggunakan langkah-langkah metode ilmiah), sehingga kevalidannya dapat diandalkan.
Keterampilan proses ini tidak saja mementingkan hasil, tetapi juga memperhatikan proses mendapatkan hasil. Dengan melaksanakan pendekatan ketarmpila proses berarti siswa terlibat seccara aktif dalam kegiatan pengamatan, dan menemukan sendiri konsep dan prinsip, sehingga materi belajar mudah dikuasai oleh siswa. Dengan mengetahui proses diharapkan dapat merangsang daya cipta untuk menemukan sesuatu, dan pada akhirnya dapat membentuk manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang kreatif, mampu memecahkan persoalan-persoalan aktual dalam kehidupan, dan mampu mengambil keputusan yang menjangkau masa depan.
Perkembangan selanjutnya pendekatan keterampilan proses yang perlu di terapkan terutama dalam pembelajaran IPA adalah pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). Berikut akan dibicarakan pendekatan STM.
2.2.2.3 Pendekatan Expository
Pada pendekatan expository guru cenderung memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti-bukti yang mendukung. Sedangkan siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru. Pengajaran telah diolah oleh guru, sehingga siap disampaikan kepada siswa, dan siswa diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya itu.
2.2.2.4 Pendekatan Discovery
Discovery atau penemuan adalah proses mental yang dicirikan dengan siswa dapat mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental itu misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan, dan sebaginya.
Inqury atau penyelidikan mengandung proses mental yang lebih tinggi, misalnya merumuskan problem, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan lain sebagainya. Dari sini dapat dilihat bahwa inquiry ini selaras dengan teori belajar yang ditemukan oleh Brunner. Menurut Brunner discovery learning adalah merupakan belajar dengan menemukan sendiri menggunakan prinsip belajar induktif, yaitu dari khusus ke yang umum. Sumber munculnya discovery learning ini adalah teori belajar Piaget, yaitu anak harus berperan secara aktif di dalam kelas.
2.2.2.5 Pendekatan Humanistik
Suatu pendekatan yang berpusat pada siswa (Student centered). Pendekatan ini mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Hal ini dapat terlaksana apabila kesejahteraan mental dan emosional siswa dipandang sebagai sentral pendidikan. Prioritasnya adalah pengalaman belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat, kebutuhan, dan kemampuan siswa.
2.2.2.6. Pendekatan Rekonstruksionalisme
Suatu pendekatan yang menfokuskan pada masalah-masalah pendting yang dihadapi masyarakat. Untuk itu pendekatan ini juga disebut pendekatan rekonstruksi sosisal. Pendekatan ini dibagi menjadi dua, yaitu:
Rekonstruksionalisme Konservatif
Pendekatan ini ditujukan kepada peningkatan mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat.
Rekonstruksionalisme Radikal
Pendekatan ini mempunyai tujuan untuk menrombak tata sosial yang ada dan membangun struktur sosial baru.
2.3    Tujuan dan Unsur-unsur Dinamis Pembelajaran
2.3.1    Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang biasanya disebut tujuan instruksional merupakan tujuan yang akan dicapai setelah pembelajaran selesai dilakukan. Tujuan instruksional ini dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
Tujuan instruksional umum (TIU) telah tersedia di dalam kurikulum, sedangkan tujuan instruksional khusus (TIK) merupakan hasil perencanaan dan perumusan guru, dimana merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum. TIU menggunakan kata kerja yang bersifat umum, dan memuat lebih dari satu pengertian, misalnya mengenal, mengerti, memahami, sehingga sulit diukur keberhasilannya atau dievaluasi. Sedangkan TIK menggunakan kata kerja yang bersifat operasional, dapat dikerjakan, yang memuat hanya satu pengertian, sehingga mudah diukur keberhasilannya atau dievaluasi.
Tujuan instruksional ini sebenarnya merupakan tujuan yang dijabarkan dari tujuan kurikuler. Secara lengkap hierarki tujuan pembelajaran itu adalah sebagai berikut:
Tujuan Pendidikan Nasional.
Tujuan pembelajaran pada jangka panjang sebenarnya akan mencapai pada tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional didasarkan pada falsafah negara atau way of life nya bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Citra tujuan pendidikan nasional adalah terbentuknya manusia pancasila yang utuh dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air melalui pembangunan nasional. Jadi tujuan pendidikan seluruh lembaga pendidikan di Indonesia baik formal maupun non formal mengarah pada tujuan pendidikan nasional tersebut. Dan tujuan pendidikan nasional tersebut akan terwujud dengan dijabarkannya ke dalam tujuan institusional. Atau dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional merupakan pedoman umum bagi pelaksanaan pendidikan dalam jenis dan jenjang pendidikan. Karena merupakan pedoman umum tentu saja dalam pencapaiannya perlu dioperasionalkan lagi supaya terealisasi. Penjabaran tersebut menjadi tujuan institusional.
Tujuan pendidikan nasional ini tercantum dalam Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II, Pasal 4, yang berbunyi: Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan Institusional.
Tujuan institusional merupakan tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat lembaga pendidikan. Keluaran dari lembaga akan tercermin dari tujuan institusional lembaga pendidikan tersebut. Dengan demikian akan dapat segera dibedakan antara Sekolah Tingkat Dasar, Sekolah Tingkat Menengah, dan Perguruan Tinggi.  Tingkat Pendidikan Mengah juga masih dapat dibedakan dari pendidikan kejuruan (SMK/Sekolah Menengah Kejuruan) dan pendidikan umum (SMU/Sekolah Menengah Umum). Begitu juga masih dapat dibedakan lagi antara sekolah umum (di bawah Departemen Pendidikan), dan sekolah agama (di bawah naungan Departemen Agama). Misalnya Madrasah Ibtidaiyah (MI) akan berbeda dengan Sekolah Dasar (SD). Madrasah Tsanawiyah (MTs) akan berbeda dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Madrasah Aliyah (MA) akan berbeda dengan Sekolah Menengah Umum (SMU). Tujuan institusional atau tujuan sekolah ini dapat tercapai dengan dijabarkannya tujuan ini ke tujuan kurikuler.
Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh atau melalui tiap bidang studi. Atau dapat disebut juga tujuan bidang studi, misalnya tujuan sejarah, biologi, kimia, dan lain sebaginya. Tujuan kurikuler ini akan dicapai melalui tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran.
Tujuan Instruksional.
Tujuan instruksional adalah tujuan yang pencapaiannya dibebankan pada tiap pokok bahasan. Selanjutnya akan dibahas lebih rinci di bagian lain pada bab ini juga.
Rangkaian tujuan pembelajarn di atas mengandung harapan apabila rangkaian tujuan instruksional berhasil, maka akan berhasil pula tujuan institusionalnya, yang pada akhirnya akat tercapai tujuan pendidikan nasional.
Secara teoritis memang penjabaran secara struktural tujuan di atas dapat dipertanggungjawabkan, namun pelaksanaannya sangat sulit. Belum tentu pencapaian tujuan instruksional akan diikuti tercapainya tujuan kurikuler, dan seterusnya.
Tujuan tersebut dapat dicapai apabila di dalam pembelajaran berhasil mencapai dua hasil yang diharapkan dari pembelajaran, yaitu damak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur (tujuan instruksional khusus), dan dampak pengiring, yaitu terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain. Untuk memberi gambaran tentang dampak pengajaran dan dampak pengiring dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 dapat dijelaskan sebagai berikut:
Guru melakukan tugas pembelajaran, dilakukan dengan pengorganisasian siswa, pengolahan pesan, dan evaluasi.
Siswa memiliki motivasi belajar dan beremansipasi sepajang hayat.
Siswa memiliki kemampuan pra belajar.
Berkat tindak pembelajaran ataupun motivasi instrinsik, siswa melakukan kegiatan belajar.
Guru melakukan evaluasi untuk melihat hasil yang dicapai dalam pembelajaran.
Hasil belajar sebagai dampak pengajaran, dan
Dampak pengiring.
Hasil belajar dapat tercermin melalui dampak pengajaran dan dampak pengiring, apabila dalam pembelajaran memperhatikan ketiga ranah tujuan pembelajaran, yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotorik. Ke tiga ranah tersebut harus tercermin dalam tujuan instruksional khusus (TIK) atau tujuan pembelajaran khusus (TPK).
2.3.2    Unsur-unsur Dinamis Pembelajaran
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran dinamakan unsur-unsur dinamis pembelajaran. Sama halnya dengan unsur dinamis belajar, maka nnsur dinamis pembelajaran juga dapat mendukung (berpengaruh positif) atau sebaliknya menjadi penghambat (berpengaruh negatif). Faktor internal yang berpengaruh dalam proses pembelajaran dapat dibedakan menjadi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis misalnya pendengaran, penglihatan, dan kondisi fisik. Sedangkan faktor psikologis, misalnya kecedasan, motivasi, perhatian, berpikir, dan ingatan. Bedanya dengan faktor dinamis belajar di atas adalah internal yang dimaksud di dalam pembelajaran adalah dari segi guru (pelaku pembelajaran).
Faktor eksternal belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan pembelajar dan sistem instruksional. Lingkungan belajar dapat dibedakan menjadi lingkungan dalam sekolah dan  dan lingkungan luar sekolah. Sedangkan sistem instruksional antara lain kurikulum, bahan ajar, metode, media, dan evaluasi. Penjelasannya sama dengan faktor dinamis belajar di atas.
Teori – teori atau pendekatan reduksionisme sangat banyak dikemukakan didalam khazanah ilmu pendidikan. Dalam hal ini akan dibicarakan berbagai pendekatan reduksionisme sebagai berikut :
v    Pendekatan Pedagogis atau Pedagogisme
v    Pendekatan Fisolofis atau Filosofisme.
v    Pnedekatan Religius atau Religionisme.
v    Pendekatan Psikologis atau Psikologisme.
v    Pendekatan Negativis atau negativisme.
v    Pendekatan Sosiologis atau Sosilogisme.
1. Pendekatan Pedagogisme
Titik tolak dari teori ini ialah anak yang dibesarkan menjadi dewasa, pandangan ini apakah berupa pandangan nativisme Schopenhaur serta penganut – penganutnya yang beranggapan bahwa anak telah mempunyai kemampuan – kemampuan yang dilahirkan dan tinggal dikembangkan saja atau apakah pandangan tersebut dari teori tabularasa atau empirisme John Locke yang mengatakan bahwa anak dilahirkan seperti kertas putih yang akan diisi oleh pendidikan.
Pandangan pedagogisme ini memang mempunyai segi – segi yang positif yang sangat menghormati perkembangan anak, namun juga mempunyai berbagai kelemahan karena anak seakan – akan disolasikan dari kehidupan bersama didalam masyarakat. Pedagogisme melahirkan child centered education yang cenderung bahwa anak hidup didalam suatu masyarakat tertentu dan mempunyai cita – cita hidup bersama yang tertentu pula. Memang child centered education tersebut antara lain merupakan reaksi terhadap pendidikan yang tidak melihat hakikat anak sebagai makhluk manusia yang hidup didalam dunianya sendiri sehingga perlu memperoleh perlakuan – perlakuan khusus didalam proses mendewasakannya.
2.  Pendekatan Fisiolofis
Pendekatan fisolofis atau fisiolofisme mengenai pendidikan antara lain bertitik – tolak dari pertentangan mengenai hakikat manusia dan hakikat anak. Anak manusia mempunyai hakikatnya sendiri dan berbeda dengan hakikat orang dewasa, anak bukanlah orang dewasa didalam bentuknya yang kecil. Anak mempuyai nilai – nilainya sendiri yang akan berkembang menuju kepada nilai – nilai seperti orang dewasa, oleh sebab itu proses pendewasaan anak bertitik – tolak dari anak sebagai anak manusia yang mempunyai tingkat – tingkat perkembangannya sendiri.
Pandangan ini sudah mulai ditinggalkan oleh karena ternyata manusia tidak pernah akan berhenti untuk memperoleh pendidikan, selain itu manusia itu akan terus – menerus berkembang selama dia hidup. Dengan demikian pandangan bahwa pendidikan berakhir ketika manusia itu dewasa tidak relevan lagi di dalam dunia informasi dewasa ini dan pendidikan berlaku untuk seumur hidup.
3.  Pendekatan Religius
Pendekatan religius atau religionisme dianut oleh pemikir – pemikir yang melihet hakikat manusia sebagai makhluk yang religius, dengan demikian hakikat pendidikan ialah membawa peserta – didik menjadi manusia yang religius karena sebagai makhluk ciptaan Tuhan peserta – didik itu harus dipersiapkan untuk hidup sesuai dengan harkatnya.
Pendekatan religius mengenai hakikat pendidikan menekankan kepada pendidikan untuk mempersiapkan peserta – didik bagi kehidupannya diakhirat, oleh sebab itu pendidikan agama manjadi yang sentral dalam proses pendidikan. Proses pendidikan yang mempunyai citra religius ini dikenal dalam semua kebudayaan baik di Barat maupun di Timur. Namun demikian kemajuan ilmu pengetahuan yang sekuler tidak menjawab terhadap kehidupan yang bermoral, jangan – jangan pendidikan yang sekuler telah ikut memicu berbagai pihak berbagai peperangan serta kemunduran moral manusia dewasa ini. Di pihak lain kehidupan modern bukan hanya menuntut manusia – manusia yang religius dan bermoral  tetapi juga kehidupan yang menuntut penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan untuk memerangi kemiskinan dan kemunduran hidup. Pendidikan hendaknya berfungsi bukan hanya untuk kehidupan akhirat  tetapi juga untuk meningkatkan mutu kehidupan duniawi yang aman dan adil.
4. Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis atau psikologisme dalam pendidikan sangat kuat terutama pada tahap permulaan lahirnya ilmu pendidikan pada permulaan abad 20. Pandangan – pandangan pedagogisme seperti yang telah diuraikan telah lebih memacu masuknya psikologi kedalam bidang ilmu pendidikan.
Psikologisme cenderung mereduksi ilmu pendidikan menjadi ilmu proses belajar dan mengajar, dengan sendiriny pendekatan tersebut lebih memperkuat lagi pandangan pedagogisme seperti yang telah dijelaskan. Hal tersebut telah mempersempit pandangan para pendidik seakan – akan ilmu pendidikan terbatas pada ilmu mengajar saja, dan oleh sebab mengajar merupakan suatu tugas yang setua dengan manusia itu sendiri maka profesi pendidik mendapat penghargaan kurang dari profesi – profesi lainnya.
Dengan demikian pandangan – pandangan pedagogisme serta psikologisme akan memperpuruk profesi pendidikan sebagai profesi yang tidak professional dan kurang bobot ilmiahnya.
5.  Pendekatan Negativis
Pendekatan negativis atau negativisme didalam urainan ini diambil dari pendapat filosof Bertrand Russel didalm bukunya yang terkenal Education and Social Order. Menurut beliau ada tiga teori yang sifatmya negatif yaitu :
·    Teori yang menyatakan bahwa tugas pendidikan ialah menjaga pertumbuhan anak, didalam pertumbuhan itu perlu disingkirkan hal – hal yang dapat merusak atau yang sifatnya negatif terhadap pertumbuhan itu.
·    Ialah yang melihat pendidikan sebagai usaha mangembangkan kepribadian pesert – didik atau dengan kata lain membudayakan individu. Pandangan ini di anggap sebagai pandangan yang negatif oleh karena didalam mengembangkan kepribadian anak implisif melindungi dari hal – hal yang negatif yang menghalangi perkembangan kepribadiannya.
·    Proses pendidikan adalah melatih peserta – didik menjadi warga negara yang berguna. Pandangan ini berarti menghindarkan peserta – didik dari hal – hal yang mengakibatkan dia itu menjadi warga negara yang tidak berguna bagi masyarakatnya, pandangan ini tidak realistis oleh sebab seseorang didalam masyarakat akan menghadapi kenyataan hidup bermasyarakat yang penuh dengan hal – hal yang positif maupun yang negatif.
Pandangan – pandangan negatif tersebut memang membawa proses pendidikan kepada suatu proses yang defensif atau protektif, dengan demikian tidak akan membawa peserta – didik kepada pengambilan keputusan untuk berdiri sendiri dan bertanggung jawab. Oleh sebab itu proses pendidikan bukanlah suatu proses yang protektif tetapi yang memberikan kesempatan yang seluas – luasnya untuk belajar berdiri sendiri dan mengambil keputusan sendiri secara moral.
6.  Pendekatan Sosiologis
Pandangan sosiologisme mengenai hakikat pendidikan terdapat versi yang bermacam – macam, pada prinsipnya pandangan ini meletakkan hakikat pendiddikan kepada keperluan hidup bersama dalam masyarakat. Pandangan sosiologisme cenderung berlawanan arah dengan pedagogisme, titik – tolak dari pandangan ini prioritas kepada kebutuhan masyarakat dan bukan kepada kebutuhan individu.
b.2.Pendekatan Holistik Integratif
Pendekatan – pendekatan reduksionisme melihat proses pendidikan, peserta – didik dan keseluruhan perbuatan pendidikan termasuk lembaga – lembaga pendidikan telah menampilkan pandangan – pandangan ontologis maupun metafisis tertentu mangenai hakikat pendidikan. Pandangan – pandangan tersebut tidak menampilkan hakikat pendidikan secara utuh tetapi sepihak berdasarkan sudut pandangan yang digunakan.
Berdasarkan pengetahuan kita mengenai pendekatan reduksionisme terhadap hakikat khakikat pendidikan maka dapatlah dirumuskan suatu pengertian operasional mengenai hakikat pendidikan sebagai berikut : Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta – didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global.
Rumusan operasional mengenai hakikat pendidikan tersebut diatas mempunyai komponen – komponen sebagai berikut :
·    Pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan
1.    Pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan. Proses tersebut berimplikasikan bahwa di dalam peserta-didik terdapat kemampuan-kemampuan yang immanen sebagai makhluk yang hidup di dalam suatu masyarakat. Kemampuan-kemampuan tersebut berupa dorongan-dorongan, keinginan, elan vital, yang ada pada manusia. Kemampuan-kemampuan tersebut harus dikembangkan dan diarahkan sesuai dengan nilai-nilai yang hidup atau dihidupkan dalam masyarakat.) Proses pendidikan yang berkesinambungan berarti bahwa manusia tidak pernah akan selesai. Pendidikan tidak berhenti ketika peserta-didik menjadi dewasa tetapi akan terus-menerus berkembang selama terdapat interaksi antara manusia dengan lingkungan sesama manusia serta dengan lingkungan alamnya
2.    Proses pendidikan berarti menumbuhkembangkan eksistensi manusia. Hal ini berarti eksistensi atau keberadaan manusia adalah suatu keberadaan interaktif. Tidak dapat kita bayangkan apabila interaksi manusia dilumpuhkan. Interaksi tersebut bukan hanya interaksi dengan sesama manusia tetapi juga dengan alam dan dunia ide termasuk dengan Tuhannya.Tanggung jawab manusia yang ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan bukan hanya mempunyai dimensi lokal tetapi juga berdimensi nasional dan global.
3.    Eksistensi manusia yang memasyarakat. Proses pendidikan adalah proses mewujudkan eksistensi manusia yang memasyarakat, Proses itu sendiri tidak terjadi di dalam vacuum atau ruang hampa tetapi sekurang-kurangnya terdapat unsur-unsur ibu, orang tua 1 pendidik formal dan pendidik nonformal. Dengan kata lain manusia hanya eksis dalam masyarakatnya. Lembaga-lembaga pendidikan adalah prana sosial masyarakat yang ditugaskan untuk melaksankaan  proses pendidikan secara sistematis. Dengan kata lain, tujuan atau visi pendidikan adalah kongruen dengan visi masyarakat di mana pendidikan itu berada. Karena proses pendidikan mengandalkan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat maka dengan sendirinya proses pendidikan adalah penghayatan dan perwujudan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang hidup maupun karena inovasi nilai-nilai baru,
4.    Proses pendidikan dalam masyarakat yang membudaya. Inti dari kehidupan bermasyarakat adalah nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut (perlu dihayati, dilestarikan, dikembangkan dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakatnya. Keseluruhan proses tersebut, adalah kebudayaan Di mana ada kebudayaan di situ ada pendidikan. Di mana ada pendidikan di situ ada kebudayaan.
5.    proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi waktu dan ruang. Dengan dimensi waktu, p roses tersebut mempunyai aspek historistas, kekinian dan visi masa depan. Aspek historitas, berarti bawah suatu masyarakat telah berkembang di dalam proses waktu, yang menyejarah, berarti bahwa kekuatan-kekuatan historis telah menumpukj dan berasimilasi di dalam suatu proses kebudayaan. Demikianlah pendekatan hakikat pendidikan yang holistik inregratif yang merupakan suatu pandangan pengembangan manusia seutuhnya. Dengan demikian pendekatan-pendekatan reduksionis yang hanya melihat manusia itu dari suatu segi tertentu tidak menggambarkan keseluruhan hakikat manusia dan hakikat pendidikan. Pengembangan manusia seutuhnya melihat manusia itu atau peserta-didik sebagai makhluk yang dikaruniai oleh Penciptanya berbagai potensi. Potensi-potensi yang beragam tersebut hanya dapat dikembangkan di dalam dan oleh masyarakat di mana seseorang menjadi anggotanya dan sekaligus mewujudkan suatu tata kehidupan tertentu dengan nilai-nilai tertentu yang pada dasarnya diarahkan kepada perwujudan nilai-nilai kemanusiaan sebagai ciptaan ilahi. Itulah manusia yang berbudaya. Dengan demikian pendidikan tidak dapat dan tidak boleh dipisahkan dari kebudayaan. Proses pendidikan adalah proses pembudayaan, dan proses pembudayaan adalah proses pendidikan. Menggugurkan pendidikan dari proses pembudayaan merupakan alienasi dari hakikat manusia dan dengan demikian alienasi dari proses humanisasi. Alienasi proses pendidikan dari kebudayaan berarti menjauhkan pendidikan dari perwujudan nilai-nilai moral di dalam kehidupan manusia
6.    Manusia berpendidikan dan manusia berbudaya
Manusia yang berpendidikan adalah sama artinya dengar. manusia yang berbudaya. Rumusan ini benar karena lahir dari pengertian bahwa pendidikan adalah aspek dari kebudayaan. Dengan demikian scoring yang lelah berkembang sesuai dengan kebudayaannya adalah juga seseorang yang telah memperoleh pendidikan yang bertujuan yang sama dengan perkembangan priadi di dalam kebudayaan di mana pendidikan itu berlangsung.
7.    Mencari Konsep Manusia Indonesia
Sebagaimana sulitnya kita menggambarkan mengenai bentuk rupa kebudayaan nasional Indonesia maka begitu pula sulitnya kita merumuskan konsep manusia Indonesia yanr jelas dan dapat disepakati oieh semua orang. Kesulitan tersebut disebabkan karena bukan saja masyarakat dan bangsa Indonesia yang bhinneka tetapi juga karena manusia itu sendiri bersifat multi dimensional. Hanyala manusialah makhluk yagn menyerajarah. Oleh sebab itu manusia akan terus menerus berkembang selama keberadaannya di dunia ini.
8.    Pengembangan Manusia Indonesia Seutuhnya
Apabila kita melihat rumusan pakar-pakar tersebut di atas yang tentunya masing-masing dilihat dari dimensi tertentu, dan belum dilihat manusia saeabagai multi dimensional, maka ada kebutuhan untuk melihat manusia itu sebagai keseluruhan. Maka lahirlah suatu tantangan yang ingin merumuskan pendidikan itu sebagai aktivitas untuk pembangunan manusia seutuhnya. Konsep pengembangan manusia seutuhnya muncul untuk mengimbangi konsep pendidikan yang mengarah kepada spesialisasi yagn sempit. Seorang spesialis yang sempit tidak melihat keahliannya itu di dalam keselurhan pola kehidupan yang menyeluruh.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran atau mengajar adalah upaya guru untuk mengubah tingkah laku siswa. Hal ini disebabkan karena pembelajaran adalah upaya guru untuk supaya siswa mau belajar. Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku siswa. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa mengajar bukan upaya guru untuk menyampaikan bahan, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan sesuai dengan tujuan.
Komponen pembelajaran secara garis besar terdiri dari:
1    Tujuan.
2    Bahan.
3    Metode dan  media pembelajaran.
4    Penilaian.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, disamping memperhatikan ke 5 komponen dasar di atas ternyata masih harus dipertimbangkan pula lingkungan untuk membentuk situasi yang menyenangkan di dalam pembelajaran. Dan perlu pula memperhatikan dari pelaku belajar (siswa) dan pelaku pembelajaran (guru). Dari sini dapat ditunjukkan ciri-ciri pembelajaran, yaitu:
1     Adanya tujuan.
2    Adanya bahan yang sesuai dengan tujuan.
3    Adanya metode dan media pembelajaran.
4    Adanya penilaian.
5    Adanya situasi yang subur.
6    Adanya guru yang melaksanakan pembelajaran.
7   Adanya siswa yang melaksanakan belajar.
3.1.1 Jenis-jenis Pembelajaran
3.1.1.1 Jenis belajar berdasarkan cara mengorganisasi siswa.
1    Pembelajaran secara individual.
2     Pembelajaran secara kelompok.
3    Pembelajaran secara klasikal
3.1.1.2  Jenis Pembelajaran berdasarkan Pendekatan
1. Pendekatan Konsep
2. Pendekatan Keterampilan Proses
3.  Pendekatan Expository
4.  Pendekatan Discovery
5.  Pendekatan Rekonstruksionalisme
6.   Pendekatan Humanistik
3.1.2    Tujuan dan Unsur-unsur Dinamis Pembelajaran
3.1.2.1 Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pendidikan Nasional.
2.  Tujuan Institusional.
3.   Tujuan Kurikuler
4.   Tujuan Instruksional.
3.1.2.2  Unsur dinamis pembelajaran
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran dinamakan unsur-unsur dinamis pembelajaran. Sama halnya dengan unsur dinamis belajar, maka nnsur dinamis pembelajaran juga dapat mendukung (berpengaruh positif) atau sebaliknya menjadi penghambat (berpengaruh negatif). Faktor internal yang berpengaruh dalam proses pembelajaran dapat dibedakan menjadi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis misalnya pendengaran, penglihatan, dan kondisi fisik. Sedangkan faktor psikologis, misalnya kecedasan, motivasi, perhatian, berpikir, dan ingatan. Bedanya dengan faktor dinamis belajar di atas adalah internal yang dimaksud di dalam pembelajaran adalah dari segi guru (pelaku pembelajaran).
Faktor eksternal belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan pembelajar dan sistem instruksional. Lingkungan belajar dapat dibedakan menjadi lingkungan dalam sekolah dan  dan lingkungan luar sekolah. Sedangkan sistem instruksional antara lain kurikulum, bahan ajar, metode, media, dan evaluasi. Penjelasannya sama dengan faktor dinamis belajar di atas.

Masalah-Masalah Dalam Pendidikan

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:
(1). Rendahnya sarana fisik,
(2). Rendahnya kualitas guru,
(3). Rendahnya kesejahteraan guru,
(4). Rendahnya prestasi siswa,
(5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
(6). Mahalnya biaya pendidikan.
* Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
* Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasny. Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3). Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.* Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel.
* Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah.Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
* Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
* Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk ‘cuci tangan’.

Minggu, 04 Desember 2011

Keterampilan Mengelolah Kelas

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1ajM4jjQuVHU4leMSf9jHHt4nEIpH5GXltTRY3gLfxl9w04Sk14FOQ9P66BMuQdfCjmkdmkP5Q3OIl8HKpHjsn699jyIXGe873j9Knv-4luj92-uHIcVNIwv8MyACUue-NM-9PuTd5aI/s320/tn_Teacher_8.jpgKeberhasilan guru dalam mengajar tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor yang langsung berhubungan dengan proses pembelajaran saja, tetapi juga ada faktor lain yaitu kemampuan dalam mencegah timbulnya tingkah laku peserta didik yang mengganggu jalannya proses pembelajaran serta kondisi fisik yang tersedia dan pengolahannya. Misal: peserta didik ngantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, suka mengganggu teman, mengajukan pertanyaan aneh, kelas kotor, kursi banyak kutu busuk dan sebagainya.

1. Pengertian
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.

2. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Khusus pengelolan kelas yang menyangkut orang (peserta didik) dapat bersifat individual atau keIompok, maka untuk menanganinya diperlukan kehati-hatian. Biasanya teknik yang digunakan antara lain: nasihat, teguran, larangan, ancaman, teladan, hukuman dan sebagainya.
Menurut James Cooper dkk. mengemukakan tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat teknik-teknik yaitu:

a. Pendekatan Alodifikasi Perilaku.
Pendekatan ini bertolak dari psikalogi behavioral dengan anggapan dasar bahwa tingkah manusia yang baik maupun yang buruk dalam batas-batas tertentu merupakan hasil belajar. Pendekatan ini memanfaatkan hasil penelitian tentang bagai mana tingkah laku manusia terbentuk melalui hubungan manusia dengan lingkungan guna merumuskan teknik-teknik yang dapat dihandalkan dalam membina manusia, yaitu:

1) Penguatan negatif yaitu: pengurangan hingga penghilangan suatu stimulus yang tidak menyenangkan untuk mendorong terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul sebagai akibat dari pengurangan dan penghilangan tersebut.
Contoh: misalnya guru ingin agar peserta didik berani mengeluarkan pendapat, guru selalu menunjuk langsung peserta didik yang tidak berani mengeluarkan pendapat agar mengeluarkan pendapat (stimulus yang tidak
menyenangkan).Bila suatu saat peserta didik berani mengeluarkan pendapat tanpa menunggu ditunjuk guru maka guru mulai mengurangi secara berangsur-angsur cara menunjuk langsung (penguatan negatit). Pengurangan itu semakin meningkat sejalan dengan semakin seringnya,peserta didik mengeluarkan pendapat tanpa ditunjuk guru hingga akhirnya ditiadakan bila peserta didik telah terbiasa mengeluarkan pendapat.
Hal-hal yang perlu dihindarkan dalam penggunaan penguatan negatif:

a) Hindarkan pemberian stimulus yang menyakitkan
b) Sasaranya jelas
c) Pemberian penguatan dengan segera
d) Penyajian stimulus yang bervariasi e) Keantusiasan.
2) Penghapusan yaitu: usaha mengubah tingkah laku peserta didik dengan cara menghentikan pemberian respons terhadap suatu tingkah laku peserta didik yang semula dikuatkan dengan respons tersebut.Sebagai contoh, seorang peserta didik yang selalu mengomentari penjelasan guru saat guru sedang menerangkan, misalnya, mungkin karena setiap kali peserta didik mengomentari penjelasan guru, guru selalu memberikan respons yang memberikan kesan pada peserta didik bahwa guru tidak berkeberatan dengan komentar komentar seperti itu (padahal guru sebenarnya tidak mengharapkan komentar seperti itu). Untuk mengurangi artau menghilangkan kebiasaan seperti tersebut, salah satu teknik yang dapat digunakan adalah penghapusan, yaitu dengan menghentikan pemberian respons yang memberikan kesan pada peserta didik bahwa guru tidak berkebertaan terhadap kebiasan peserta didik tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan penghapusan, yaitu:

a) Untuk mengurangi kekecewaan peserta didik sebagai akibat ditiadakannya pengukuh yang diharapkan, sebaiknya teknik ini dikombinasikan dengan teknik lain, khususnya teknik penguatan positif, bila ternyata ada hal-hal yang dilakukan oleh peserta didik.

b) Bila guru sulit menemukan penguatan yang membentuk tingkah laku peserta didik, lalu setelah mencoba-coba beberapa pengukuh ternyata gagal, sebaiknya digunakan teknik lain agar peserta didik tidak terlalu larut dalam tingkah laku yang hendak dihapus lersebut.

c) Dibutuhkan waktu yang relatif lama dalam menghilangkan tingkah laku peserta didik yang menyimpang bila mengguna kan teknik penghapusan. Sementara penghapusan berlangsung dan peserta didik melakukan tindakan yang sangat mengganggu kelancaran proses pembelajaran, misal menyebab kan peserta didik sekelas tertawa berkepanjangan, sebaiknya teknik ini tidak dilanjutkan pemakaiannya dan diganti dengan teknik lain.

d) Bila suatu penguatan telah ditetapkan untuk tidak diberikan kepada peserta didik, maka sedapat mungkin penguatan tersebut tidak diberikan.Untuk itu perlu ada koordinasi antar staf pengajar agar tidak terjadi ada guru tidak memberikan penguatan, dipihak lain ada guru yang tetap memberikan.Bila hal demikian terjadi akan semakin sulit menghapus tingkah laku peserta didik yang menyimpang tersebut.
3) Hukuman.
Penyajian stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera tingkah laku peserta didik yang tidak dikehendaki.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hukuman:

a) Sedapat mungkin aturan hukuman diciptakan bersama antara guru dengan peserta didik atau minimal disepakati oleh peserta didik.Dengan demikian ia lebih ikhlas bila dihukum.

b) Hukuman hendaknya diberikan segera setelah pelanggaran terjadi sehingga peserta didik memilikik kesan yang kuat tentang kaitan antara pelanggaran dan hukuman.

c) Sedapat mungkin hukuman dikombinasikan dengan teknik lain terutama teknik penguatan positif, bila ada haI-hal positif pada diri peserta didik.

d) Setelah menghukum peserta didik, guru hendaknya bersikap wajar seperti semula agar hubungan yang mungkin terganggu sebagai akibat pemberian hukuman dapat pulih kembali.

e) Bentuk-bentuk hukukman yang digunakan bervariasi agar peserta didik tidak menjadi jenuh atau kebal dengan sesuatu bentuk hukuman.

b. Pendekatan /klim Sosial Emosional

Pendekatan ini bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien mempersyaratkan hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik. Selanjutnya guru dipandang memegang peranan penting
dalam menciptakan hubungan baik tersebut. Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan pada kita bahwa bila hubungan kita dengan partner kerja baik, berbagai kegiatan kejasama dapat berlangsung dengan lancar. Dan bila terjadi kesalahpahaman mudah dicari jalan keluarnya. Demikin halnya dengan proses pembelajaran disekolah, bila hubungan antara guru dengan peserta didik baik, maka proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, kesalahpahaman yang timbul dapat diatasi dengan mudah.

1) Sikap umum, yaitu terbuka, menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia, empati, membicarakan situasi pelanggaran dan bukan pelakunya, demokratis (melibatkan peserta didik dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingannya).

2) Sikap khusus.Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel mengelompokkan tingkah laku peserta didik yang biasanya mengganggu proses pembelajaran menjadi empat macam yaitu:

a) Peserta didik yang memiliki tingkah laku menarik perhatian akan selalu berusaha memakai berbagai cara unfuk menarik perhatian guru. la mungkin tertawa lebih keras dibanding dengan teman-temannya, sering menggoda teman disebeiahnya, pura-pura sakit, pura-pura tidak mengerti sehingga bertanya terus clan sebagainnya. Hal yang demikian sebaiknya dibiarkan saja, masa bodoh.

b) Peserta didik yang memiliki tingkah laku menguasai akan selalu berusaha mengalahkan orang lain.Bila tidak dapat secara wajar, ia akan marah dan melakukan tindakan agresif, atau sebaliknya menarik diri sama sekali clan tidak mau melaksanakan kewajibannya.Hal ini atasi dengan memberikan tugas untuk memimpin yang membutuhkan kebera man atau kekuatan fisik.

c) Peserta didik yang memiliki tingkah laku membalas dendam akan selalu melakukan tindakan yang menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis. Hal ini serahkan pada psikolog dan guru hanya membantu pelaksanaanya di kelas.

d) Peserta didik yang memiliki tingkah laku merasa tidak mampu akan selalu mengatakan bahwa ia tidak mampu mengerjakan tugas.Karena bisannya ia yakin akan gagal atau merasa gagal sebelum mulai. Hal ini jangan disalahkan langsung melainkan berikan dorongan dan bimbingan.

c.Pendekatan Proses kelompok.

Pendekatan ini bertolak dari psikologi dan dinamika kelompok, dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien berlangsung dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Oleh karena itu, peranan guru dalam rangka pengelolaan kelas adalah menciptakan kelompok kelas yang mempunyai ikatan yang kuat serta dapat bekerja secara efektif dan efisien. Pada awal pelajaran, para peserta didik biasanya masih merupakan kerumunan orang dengan tujuan, pikiran, perasaan yang sangat berbeda. Tugas guru adalah memadu kepentingan-kepentingan perseorangan tersebut menjadi kepentingan kelompok, kemudian membentuk kerumunan tersebut rnenjadi satu kelompok dengan ikatan yang kuat dan mampu bekerja sama secara produktif. Guna mengikat kerumunan peserta didik menjadi satu kelompok yang mempunyai ikatan yang kuat, ada sejumlah unsur yang diperlukan.Unsur-unsur penting yang amat diperlukan adalah tujuan, aturan, dan pemimpin.

1) Tujuan Kelompok.
Karena para peserta didik biasanya hadir di kelas dengan tujuan yang berbeda, maka tugas guru yang pertama adalah mengarahkan para peserta didik ke tujuan kelas, khususnya indikator .Tujuan yang dapat mendorong usaha untuk mencapainnya antara lain adalah tujuan yang jelas dan realistis. Oleh sebab itu, guru perlu merumuskan tujuan yang realistis serta mengkomunikasikannya secara jelas kepada peserta didik.

2) Aturan.
Aturan yang mampu mengikat peserta didik menjadi kelompok yang padu adalah aturan yang dapat dibuat bersama antara guru dan peserta didik atau minimal disetujui oleh peserta didik. Bila ada peserta didik yang tidak menyetujui aturan dalam kelompok akan mengurangi daya ikat aturan tersebut.

3) Pemimpin.
Seorang guru dengan sendirinya akan menjadi pemimpin kelompok peserta didik di kelas ia mengajar. Sebagai pemimpin hal pertama yang harus dilaksanakan adalah menjelaskan tujuan kelompok dan membentuk aturan kelompok. Selain itu daiam menciptakan dan memelihara suasana kerja kelompok yang sehat ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu mendorong dan memeratakan partisipasi, mengusahakan kompromi, mengurangi ketegangan, memperjelas komunikasi, mengatasi pertentangan antar pribadi atau antar kelompok dan menunjukkan kehadiran serta menerapkan sangsi.

Belajar dan pembelajaran

Belajar dan pembelajaran

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN



Pengertian Belajar Cronbach (1954) berpendapat : Learning is shown by a change in behaviour as result of ex perience ; belajar dapat dilakukan secara baik dengan jalan mengalami. Menurut Spears : Learning is to observe, to read, to imited, to try something themselves, to listen, to follow direction, dimana pengalaman itu dapat diperoleh dengan mempergunakan panca indra.

Robert. M. Gagne dalam bukunya : The Conditioning of learning mengemukakan bahwa : Learning is a change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and wich is not simply ascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Dalam teori psikologi konsep belajar Gagne ini dinamakan perpaduan antara aliran behaviorisme dan aliran instrumentalisme.

Lester.D. Crow and Alice Crow mendefinisikan : Learning is the acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap. Hudgins Cs. (1982) berpendapat Hakekat belajar secara tradisional belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku, yang mengakibatkan adanya pengalaman . Jung , (1968) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku dari suatu organisme dimodifikasi oleh pengalaman. Ngalim Purwanto, (1992 : 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.


Pada dasarnya prinsip belajar lebih dititikberatkan pada aktivitas peserta didik yang menjadi dasar proses pembelajaran baik dijenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah lanjutan Tingkat Atas (SLTA) maupun Tingkat Perguruan Tinggi.

Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah " . suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu ". Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar ialah . a way working with students ... A process of interaction . the teacher does something to student, the students do something in return. Dari definisi itu tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah " . suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar". Tardif (1989) mendefinisikan, mengajar adalah . any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar. Biggs (1991), seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu

a. Pengertian Kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebai-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar.

b. Pengertian institusional yaitu mengajar berarti . the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat , kemampuan dan kebutuhannya.

c. Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri. Dari definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajaran tercaqpai.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan , guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

KURIKULUM



Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

Kompetensi Dasar merupakan pengembangan potensi-potensi perkembangan pada anak yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan usianya berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikator yang dapat diukur dan diamati.

Hasil Belajar merupakan cerminan kemampuan anak yang dicapai dari suatu tahapan pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Indikator merupakan hasil belajar yang lebih spesifik dan terukur dalam satu kompetensi dasar. Apabila serangkaian indikator dalam satu kompetensi dasar sudah tercapai, berarti target kompetensi dasar tersebut sudah terpenuhi.


MOTIVASI BELAJAR



Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak mau belajar dan mengejar rangking pertama karena diiming-imingi akan dibelikan sepeda oleh orangtuanya. Contoh lainnya, seorang mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi agar lulus dengan predikat /cum laude/. Setelah itu, dia bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang hebat dengan tujuan membahagiakan orangtuanya. Apa saja, sih, faktor-faktor yang membedakan motivasi belajar seseorang dengan yang lainnya? Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak


memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-

masing orang, di antaranya:

1. Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual .

2. Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual.

3. Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya

4. Perbedaan harga diri (selfesteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.

5. Perbedaan aktualisasi diri(self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Stimulus motivasi belajar Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat

termotivasi untuk belajar, yaitu:

1. Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.

2. Kedua,motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapatberupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan. Tips-tips meningkatkan motivasi belajar Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya.


Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi. Yuk, ikuti tips-tips berikut untuk meningkatkan motivasi belajar kita:
1. Bergaullah dengan orang-orang yang senang belajar. Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar. Selain itu, coba cari orang atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik dalam belajar. Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah presrasi. Kebiasaan dan semangat mereka akan menular kepada kita. Seperti halnya analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau penjual minyak wangi. Jika kita bergaul dengan tukang pandai besi, maka kita pun turut terciprat bau bakaran besi, dan jika bergaul dengan penjual minyak wangi, kita pun akan terciprat harumnya minyak wangi.

2. Belajar apapun, Pengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal maupun nonformal. Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, berlajar berwirausaha, dan lain lain-lainnya.Belajar dari internet, Kita bisa memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orang-orang yang senang belajar. Salah satu milis dapat menjadi ajang kita bertukar pendapat, pikiran, dan memotivasi diri. Sebagai contoh, jika ingin termotivasi untuk belajar bahasa Inggris, kita bisa masuk ke milis Free-English-Course@yahoogroups.com.

3. Bergaulah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif. Di dunia ini, ada orang yang selalu terlihat optimis meski masalah merudung. Kita akan tertular semangat, gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya.

4. Cari motivator. Kadangkala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor dalam menjalani hidup. Misalnya: teman, pacar, ataupun pasangan hidup. Anda pun bisa melakukan hal serupa dengan mencari seseorang/komunitas yang dapat membantu mengarahakan atau memotivasi Anda belajar dan meraih prestasi.